KODEMIMPI - Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengancam bahwa setiap upaya penangkapan Presiden Rusia Vladimir Putin, sama saja deklarasi perang melawan Rusia.
Ancaman itu dikeluarkan Medvedev, yang merupakan mantan Presiden Rusia, setelah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin.
ICC mendakwa Putin melakukan kejahatan perang secara ilegal dengan mendeportasi ratusan anak dari Ukraina,
Medvedev mengatakan kepada media Rusia bahwa ICC, bukanlah entitas hukum yang tidak pernah melakukan sesuatu yang signifikan.
“Mari kita bayangkan - jelas situasi ini yang tidak akan pernah terwujud - namun mari kita bayangkan bahwa hal itu terwujud: Kepala negara nuklir saat ini pergi ke suatu wilayah, katakanlah Jerman, dan ditangkap,” kata Medvedev.
“Apa jadinya? Itu akan menjadi deklarasi perang terhadap Federasi Rusia,” sambungnya dalam video yang diunggah di Telegram.
“Dan dalam hal ini, semua aset kami - semua rudal kami dan sebagainya - akan terbang ke Bundestag, ke kantor Kanselir,” imbuh sekutu Putin tersebut.
Medvedev menuturkan, hubungan Rusia dengan Barat kemungkinan berada pada titik terendahnya.
Sebelumnya, Istana Kepresidenan Rusia alias Kremlin mengatakan bahwa surat perintah penangkapan Putin dari ICC adalah keputusan yang sangat partisan.
- Ancaman Medvedev
Secara terbuka, dia beberapa kali menghina para pemimpin Barat dan menyampaikan serangkaian peringatan nuklir.
“Pengiriman senjata asing ke Ukraina setiap hari semakin mendekatkan kiamat nuklir,” kata Medvedev.
Medvedev menuturkan, setelah Uni Soviet jatuh pada 1991, Barat menganggap dirinya sebagai bos Rusia, tetapi Putin telah mengakhirinya.
“Mereka sangat tersinggung,” kata Medvedev. Dia menambahkan bahwa Barat tidak menyukai independensi Rusia dan China.
Medvedev menuturkan, Barat ingin memecah belah Rusia menjadi sejumlah negara yang lebih lemah dan mencuri sumber daya alamnya yang besar.
“Ukraina adalah bagian dari Rusia," kata Medvedev.
Dia menambahkan bahwa hampir semua wilayah Ukraina modern pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia.
Sedangkan Rusia modern mengakui kedaulatan dan perbatasan Ukraina pasca-1991 dalam Memorandum Budapest 1994.
Meski demikian, Medvedev mengatakan hubungan Rusia dengan Barat suatu hari akan membaik, meskipun dia mengatakan itu akan memakan waktu lama.
“Saya percaya cepat atau lambat situasi akan stabil dan komunikasi akan dilanjutkan, tetapi saya sangat berharap bahwa pada saat itu sebagian besar dari orang-orang itu (pemimpin Barat) akan pensiun dan beberapa akan mati,” ujarnya.